Situdaun-
Setelah melaksanakan shalat ashar, hujan berhenti memuntahkan evaporasi air
laut ke perbukitan Situdaun. Desa Situdaun adalah salah satu desa di Tenjolaya
Kabupaten Bogor. Sebelah utaranya berbatasan dengan Cihideung Udik-Ciampea, di
arah matahari terbit berbatasan dengan Desa Petir-Dramaga, selatan berbatasan
dengan Desa Gunung Malang dan di arah kiblat berbatasan dengan Desa Cibitung.
Beranda
rumah yang berhamparkan lapangan hijau riuh oleh dua pasang kaki kakak-adik yang
berlomba memperoleh sandal jepit usang yang habis dimakan usia untuk digunakan
menyusuri perjalanan ke tambak ikan bawal. Menyusuri jalanan kampung Situdaun
rt 12/03 yang hanya dicor dan hanya pas digunakan oleh satu binatang besi. Kedua
pasang kaki kaki-kaki kecil itu meniti langkah menuju gang sempit di belakang
sekolah madrasah berlantaikan tanah dan kerikil kali yang ditata agar tidak
membuat atraksi salto saat menyusuri gang kecil yang dihiasi veses unggas.
Menaiki
jalan setapak sawah, kedua kakak-beradik itu saling bahu-membahu untuk menaiki
jalanan sawah yang perpetaknya berhiaskan macam-macam makanan pokok khas Indonesia. Semilir apek jerami
menyambut kedatangan sepasang sandal jepit yang hampir tergelincir ketika
melangkahi aliran irigasi. Sekelompok burung dan capung menari indah ketika dua
manusia ikut menerobos jalan setapak di ladang.
Dua
orang petani berdiri di ujung tangga yang berstrukturkan bebatuan. Tiba-tiba
saja obrolan mereka berhenti karena merasa terganggu dan keheranan melihat
sepasang kaki-kaki kecil melintas, melewati obrolan rahasia antara petani etnis
tionghoa dan sunda tersebut. Sedangkan dua pasang kaki-kecil tak peduli akan
obrolan petani tersebut, karena kepayahan
mengawasi langkah kaki-kecilnya menuruni tangga agar tidak slip.
Menuruni jalanan berbatu sebelum
sampai di tambak, mulai terdengar jeritan
air sungai menghentak batu-batu cadas yang menghalangi lalu-lintas air yang berasal dari hulu Gunung
Salak.
Setelah
menuruni tangga berbatu, meniti langkah di jembatan batang kelapa, bak
menjambat di siratal mustaqim harus dilalui. Jembatan nyiur tersebut harus ditapaki terlebih untuk mencapai
negeri sebrang yang elok dan didominasi tanaman Dewi Sri. Di negeri seberang
yang dipisahkan oleh sungai Cinangneng menawarkan berbagai pesona keindahan
surgawi. Lambaian pohon palapa dan alunan ritme sungai Cinangneng akan menyambut
kedatangan para pendatang.
Sesampainya di negeri sebrang yang
memiliki nama negeri Kiki Fish, pendatang
akan diberikan tiga pilihan kota yang disebut tambak. Lokasi pembibitan pertama
memiliki luas 400
,
berhiaskan gazebo di berandanya. Untuk
mencapai tempat ini satu petak kebun ubi merah dan jalan licin akan menyambut kedatangan pengunjung. Tambak ini merupakan gerbang utama beerjuta kubik air
masuk dari sungai Cinangneng yang mengalir dari desa Tapos hingga bertemu
sungai Cisadane. Lokasi kedua digunakan untuk perkembang biakan ikan piranha
tawar dengan luas 1500
. Lokasi terahir merupakan hasil dari
invasi sungai yang diubah menjadi tambak dan masih dalam tahap permbangunan dengan luas 800
.
Piranha
tropis meloncat kegirangan ketika
disuguhi pur oleh Sarmat sang karyawan Kiki Fish
yang sudah mengabdi tiga tahun. Sore itu jadwal Bawal dinner, derasnya air tambak membuat suasana di kolam ikan bersirip
tajam itu semakin gaduh karena bawal saling berebut pur yang dilemparkan oleh
pemuda berkulit legam tersebut.
Usia muda adalah usia
produktif, Kiki (30) adalah salah satu contoh dari pepatah tua tersebut.
Kegigihannya selama empat tahun terahir berbuah manis. Penambahan lahan tambak
adalah salah-satu refleksi manisnya keberhasilan yang telah tercapai.
Kiki
Rizki adalah nama pemilik Kiki Fish
yang berdiri pada tanggal 16 Oktober 2006. Untuk umur 30, Kiki bisa dibilang
pengusaha muda yang sukses. Berbekal izajah SMK, Kiki tidak ragu akan
kemampuannya dalam me-manage ikan
tawar yang memiliki warna jingga di perutnya. Istri yang selalu setia menemani
beserta anak lelaki menemani hari-harinya di tambak.
Bukan
tanpa alasan Kiki menggeluti bidang usaha ikan berperut jingga ini. Setelah
kiki menikah dengan putri dari pengusaha ikan air tawar gurame, bapak Uyen, Kiki
memulai peruntungannya dengan menggeluti bawal. Bawal dipilih karena air di
lokasi tambak cocok untuk budidaya
bawal. Relasi dan bimbingan sang mertua-pun
membantu proses berkembangnya Kiki Fish
di bidang produksi, perawatan dan pemasaran.
Rumah rizki hanya bangunan permanen setengah jadi,
berada tepat di tengah area tambak. Hanya berlapis bata, keluarga rizki beserta
karyawannya beraktifitas 24 jam di rumah setengah-jadi tersebut. Ruang tamu
berisikan bangku rotan dengan tape Bandung menghiasi sore cerah hari itu.
Gudang berukuran 2x3
dijadikan bank
pur dan tempat menyesap kopi oplet karyawan Kiki sore tanpa awan hari itu.
Beranda istana Kiki dihiasi oleh
tiga buah tambak ikan bawal untuk dikembang biakkan. Lantunan air deras bernyanyi 24 jam untuk mengiringi gerakan
lincah bawal setiap harinya.. Tambak kedua ditempati oleh bawal lincah yang
siap menjadi ikan di piring pembeli. Tambak terahir hanya berisikan air keruh
dan tidak beriak-riak seperti yang lainnya, tambak tersebut kosong karena bawal
sudah disantap oleh pembeli beberapa hari yang lalu.
Kiki tidak bersusah payah dalam
memasarkan ikan-ikannya, karena pembeli datang sendirinya ke raning yang baru
berusia enam tahun tersebut. Pelanggan kiki adalah pengecer ikan atau pembeli
borongan yang memasarkan kembali bawal kiki ke wilayah ibu kota.
Pelabelan bawal diukur menggunakan
dua cara. Cara pertama digunakan untuk ikan bawal berukuran satu sampai dua
jari. Untuk ukuran dua jari di labeli Rp. 400/ ekor, Rp. 750 dilabeli untuk ikan bawal berukuran tiga
jari. Cara yang kedua yaitu dengan mengukur berat bawal. Untuk ½ kg bawal
dilabeli Rp.12000.
Mudah saja mengasuh ikan bawal
menjadi ikan yang produktif dan mengenyangkan. Air deras dan air hangat adalah sahabat solid ikan dalam
berkembangbiak. Kiki tidak pernah absen untuk mengatur lalu-lintas air yang
masuk ke tambak setiap harinya. Tidak ingin mengulang kesalahan untuk kedua
kalinya rugi karena terlambat menutup pintu air ketika hujan deras tiba, kiki
dan karyawannya, siap siaga di benteng utama untuk memantau air, apalagi ketika
musim hujan seperti sekarang ini, Kiki semakin menencangkan ikat pinggangnya.
Kerugiannya tidak hanya satu kali
itu saja, ketika awal memulai usaha bibit-bibit bawal mati dalaam jumlah besar.
Untuk menangani masalah tersebut sekarang kiki tidak ambil pusing. Deras air
dan kehangatan air terus dipantau dan asupan nutrisi yang mencukupi.
Pukat dibentangkan di setiap tambak, untuk
menghalau tangan-tangan usil mencicipi bawal montok yang menggiurkan di
kelaparan tengah malam. Posisi tambak yang jauh dari keramaian, membuat Kiki
dan karyawannya harus siap-siaga 24 jam. Kesiap-siagaan Kiki selama enam tahun
membuahkan hasil yang manis. Hingga detik ini Kiki Fish belum pernah kecurian.
Gentong
berwarna langit berisikan pur diletakan
di tengah tambak agar mudah ketika memberi makan bawal yang harus dilakukan 2-3
kali sehari. Dipinggir kolam tambak didirikan jemuran yang sudah berjamur yang
biasanya digunakan untuk menjemur atau merapikan pukat setelah digunakan
menjala.
Pandangan
was-was sang istri membuat perjalanan hari itu sedikit menganjal. Ketika sang
suami beranjak untuk memberi makan sore
bawal, sang istri mengintil beserta putranya, seakan suaminya takut dicuri.
Kualitas ikan bersirip tajam sangat dijunjung tinggi
oleh bapak berkumis tipis ini. Ketekunannya dalam mengolah bawal dapat dilihat
dari ikan yang montok dan centil menari-nari di derasnya air tawar sungai
Cinangneng itu.
Kesuksesan
yang sangat mencolok adalah luas area tambak yang dimiliki bapak berambut
sedang ini. Meski rumah yang ditempatinya sangat mini, bini dari bapak
berperawakan krempeng ini berhiaskan sari bebatuan galian dari Antam. Dibalik kesuksesan pasti ada
kekurangan. Tidak tersedianya kamar mandi privat dan jemuran pakaian yang
dilentangkan di buritan membuat hati tergelitik untuk bertanya dimana tempat
manndi dan mengeluarkan hajat? Namun hati nurani keburu mengurungkan niat
tersebut, karena permaisuri Kiki menyiratkan ketidaksukaanya melalui matanya yang sipitn, ditambah gesture menjaga jarak dengan pengunjung.